Pengusaha vs Karyawan

Pengusaha vs karyawan
Hidup adalah pilihan gan, sebagaimana menjadi pengusaha ataupun karyawan adalah pilihan juga. Setiap pilihan pastilah ada kelebihan maupun kekurangannya. Kalau jadi pengusaha, waktu kerja lebih fleksibel, kita bisa atur atur sendiri kapan waktu untuk keluarga, untuk sosial masyarakat, untuk liburan dan yang lebih penting nih gan waktu kita untuk beribadah.

Ingat lho, kita harus sholat wajib lima waktu setiap harinya. Sholat adalah amal yang pertama kali dihisab jadi jangan sampai ditinggalkan. Kalau sholatnya baik amal yang lainpun ikut baik, dah ah...jadi ngomongin agama nih :).

Disisi lain, Penghasilan pengusaha pun lebih fleksibel, karena penghasilan tergantug dari diri kita sendiri, bagaimana menjalankan usaha tersebut. Kalau kita rajin, ulet, disiplin, kreatif dan inovatif maka rejeki kita pun akan lancar, sebaliknya kalau kita males-malesan rejeki pun akan males juga datang ke kita.

Gimana kalau jadi karyawan? penghasilan setiap bulan sudah pasti. Kita males ataupun rajin rejeki tiap bulan tetap sama, bedanya cepat atau tidaknya kita dipromosikan oleh perusahaan :). Satu lagi gan keuntungn jadi karyawan, kita cuti tetap dapat gaji :D. Tapi konsekuensinya, waktu kerja tidak fleksibel. Waktu untuk keluarga, sosial masyarakat, dan waktu ibadah kita harus menyesuaikan dengan waktu kerja kita di perusahaan :(.

Jadi gan, menjadi pengusaha atau karyawan harus kita tetapkan berdasarkan kemampuan agar tak mengorbankan kehidupan dan masa depan.

Setiap orang pasti memiliki rencana dalam hidupnya. Salah satunya, tentang bagaimana ia akan menikmati hari tua kelak. Alternatif yang bisa dipilih? Dengan mengumpulkan cukup simpanan dana pensiun atau memiliki usaha sendiri yang cukup menghidupi.

Namun ada kalanya, tidak perlu menunggu hari tua untuk memulai usaha sendiri. Beberapa orang memutuskan untuk memiliki usaha sendiri ketika masih di usia produktif. Mana yang lebih tepat?

Berikut hasil olah TKP tabloidnova.com, kiat dari Eko Endarto RFA, perencana keuangan dari Finansial Consulting, agar tidak terjerumus pada keputusan yang kurang tepat sebelum memutuskan mengakhiri karir dan menjadi pengusaha.

1. Baca Peluang

Pada dasarnya yang dilihat dari sebuah pilihan menjadi karyawan atau pengusaha, bukan sekadar peluang. Peluang itu akan selalu ada. Tapi yang paling penting untuk diperhatikan adalah apakah peluang itu bisa menjadi prospek yang bagus untuk masa depan kita?

Pahami jika ini sudah melewati pertimbangan yang matang. Semua pilihan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan.

Cara terbaik mengetahui pilihan yang tepat adalah dengan membuat pertimbangan peluang bisa memberikan prospek yang bagus bagi diri kita ke depan. Bila prospeknya bagus dan hal itu bisa terjadi, maka apapun pilihannya takkan jadi masalah.

2. Fokus pada Tujuan

Sebelum memilih untuk berwirausaha, pahami bila pada setiap usaha pasti akan mengalami masa sulit. Tanamkan dalam pemikiran, usaha adalah proses. Di dalam proses tersebut, selalu ada saat yang bagus namun ada juga yang tidak bagus.
Apabila datang masa yang sulit, cobalah ingat kembali jika salah satu alasan memilih berwirausaha, karena prospeknya ke depan kita nilai lebih menjanjikan. Paling tidak akan lebih baik dari kondisi saat ini.

Hal penting lain yang patut dicatat, selalu fokus pada tujuan di masa depan. Mungkin akan selalu ada goncangan kecil dalam perjalanan mencapai tujuan, tapi jangan sampai menghancurkan keyakinan. Apalagi hingga menghilangkan harapan pada tujuan di depan.

3. Bisa Kapan Saja

Pilihan berwirausaha sebenarnya bisa dilakukan kapan saja. Apakah ketika masih di usia produktif, maupun ketika sudah memasuki masa pensiun. Prinsipnya bila merasa pilihan dan peluang yang diberikan bisa mendatangkan prospek bagus, mengapa tidak? Prospek yang baik ini bukan hanya dilihat dari kekayaan atau kesejahteraan yang bisa dicapai, namun juga memberikan aktualisasi diri.

Mengenai penentuan kapan berwirausaha dapat dimulai, lebih cepat dimulai tentu lebih baik. Ingat, wirausaha adalah sebuah proses, bukan seperti bekerja dan menerima gaji secara langsung setelah 1 bulan kita menerima pekerjaan. Hasilnya baru akan dipetik setelah usaha membuahkan hasil dan keberhasilan itu datang tidak dapat diprediksi. Bisa cepat, bisa juga lambat. Tergantung bagaimana seseorang menjalani proses tersebut.

Semua kegiatan pasti ada risikonya, termasuk juga usaha. Jalan berwirausaha bukan seperti jalannya pejabat gan, yang mana setiap persimpangan dapat dilalui dengan mudah, karena sudah dikawal aparat keamanan meski lampu merah pun tetap bisa lewat hehe...

4. Kesungguhan dan Disiplin

Sebelum memulai berwirausaha, pastinya akan ada pertanyaan besar yang mengganjal: “Berapa besar modal yang harus dikumpulkan untuk bisa memulai usaha baru?”

Sebenarnya tidak ada patokan berapa besar modal uang yang dibutuhkan, tapi yang paling utama adalah modal kesungguhan dan disiplin menjalani proses. Namun, tidak mungkin bisa menjalankan usaha tanpa ada uang sama sekali. Tetap dibutuhkan perhitungan modal sebelum menjalankan usaha.

Nah, besaran modal yang dibutuhkan tersebut sangat tergantung dengan jenis dan besaran usaha yang akan dijalankan. Kalau dimulai dari usaha yang kecil, hanya dengan dana Rp 100 ribu pun sudah bisa memulai usaha. Begitu pula untuk usaha yang lebih besar.

Tapi, dengan dana Rp 100 juta, modal usaha juga bisa kurang jika digunakan untuk usaha jenis lain. Jadi modal usaha memang sangat tergantung jenis dan skala besaran usahanya. Sebaiknya kalkulasikan dengan baik sasaran usaha yang akan dilakukan dan sisihkan dahulu penghasilan sebagai modal usaha kelak.

Berapa dana yang disisihkan? Minimal sisihkan 20 persen dari penghasilan untuk dikumpulkan sebagai modal usaha. Anggaplah usaha ini kelak sebagai investasi di masa depan.

Sekian gan, mudah-mudahan bisa menjadi pertimbangan bagi agan n sista. Sebaiknya pikir dengan matang sebelum memutuskan jadi pengusaha atau karyawan.

Artikel terkait : bisnis , entrepreneur , tips dan trik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar