Andik Bakery |
1. Pantang menyerah menghadapi rintangan
Pantang menyerah menghadapi rintangan salah satu kunci sukses Andik Irianti dalam mengibarkan bisnis kue. Pebisnis asal Surabaya ini berceritera, ia telah menghadapi berbagai macam tantangan hingga akhirnya bisa sukses sekarang ini.
Andik bercerita, keinginan bisnisnya timbul pada 1987 setelah menikah. Saat itu, pekerjaan suami sebagai karyawan pabrik kayu berpenghasilan pas-pasan. Untuk menambah uang belanja, Andik membantu operasional toko kelontong milik mertuanya.
Dari pengalaman itu, dia terpikir membangun bisnis di rumah. Apalagi, ia ingin mendapat uang sekaligus mengurus anak-anaknya 24 jam di luar jam sekolah. Ia pun mengambil kursus menjahit. Namun, bisnis menjahit memakan waktu. "Satu baju tak jadi satu hari. Harus bikin pola dulu, lalu dijahit," katanya. Dia pun berpaling ke kursus membuat kue.
2. Jangan Banyak pikir, langsung praktik
Keinginan mengikuti kursus membuat kue, terpercik ketika dia membeli roti. Di toko roti dia menemukan brosur tawaran kursus membuat kue yang menarik minatnya. Dia memilih tawaran kursus singkat membuat kue di Surabaya. Lama kursus 3 jam sekali pertemuan dengan satu macam kue. Biaya kursus Rp 150.000 per pertemuan. "Pertemuan pertama saya ambil materi kue tart. Pulang kursus saya praktikan di rumah, ternyata berhasil.
3. Untung belakangan, yang penting berkibar
Saya suruh anak-anak jual ke tetangga. Ternyata banyak yang suka," kenangnya. Waktu itu dia menghargai kue pertamanya Rp 1.000 per potong. Harga itu tak cukup banyak memberi untung. "Untung belakangan, yang penting bagaimana bendera kita berkibar," katanya.
Melihat prospek pasar yang bagus, Andik mengambil 30 tawaran kursus dengan materi berbeda-beda. Dia mengukuhkan hatinya untuk berbisnis roti dan kue.
4. Inovasi agar pelanggan tertarik
"Yang penting ada inovasi agar punya daya tarik bagi pelanggan. Pertama kali saya membut cetakannya berbentuk hati, lalu roti coklat, besoknya isinya keju, besoknya lagi susu,” ujarnya.
Dari satu kilogram tepung, bisnisnya berkembang karena kue buatan Andik disukai pelanggan. Saat ini dia mampu menghabiskan menghabiskan 375 kilogram tepung terigu dan telur 100 kilogram setiap hari. Untuk membeli bahan baku dan biaya produksi yang lain, Andik memerlukan modal Rp 10 juta setiap hari.
Dari modal itu dia berhasil mengantongi omzet Rp 15 juta setiap hari. Melalui inovasi ini pula Andik berusaha menancapkan merek produknya di hati pelanggan. Sebab, dia memiliki prinsip, untung akan datang sendiri jika merek sudah menancap di hati pelanggan.
5. Pilih tempat strategis untuk bisnis
Seperti keinginannya sejak awal, selama dua tahun dia mengoperasikan usahanya di rumah mertua. Hingga tahun 2003, dia memutuskan pindah dan mencari tempat baru yang lebih besar dan dekat jalur transportasi.
Dia kemudian membeli rumah yang akan dijadikannya tempat usaha. Dengan lokasi strategis di pinggir jalan raya, rumah seluas 150 m2 itu membuat maju Andik Bakery. "Waktu itu saya beli etalase dan membuat papan nama agar orang tahu rumah saya jualan roti dan kue," ujarnya.
Melihat perkembangan bisnisnya maju, dia kemudian memperluas tempat usaha dengan membeli tanah di sekitar rumahnya hingga menjadi 520 m2. Dia juga meminta suami untuk keluar dari pekerjaan dan membantu mengembangkan bisnis kue. "Saya mulai kewalahan mengurus sendiri. Saya butuh dukungan suami." katanya.
Andik kewalahan karena pelanggannya bertambah, tidak hanya dari Surabaya, tapi juga Madura, Pasuruan dan Malang. Pesanan luar kota biasanya dalam porsi besar. Produk-produknya kini juga telah dijual di gerai toko modern seperti di Indomart dan Alfamart di Surabaya.
Ok gan, bagi yang ingin punya usaha seperti Andik Bakry, langsung praktik jangan banyak pikir...smangattt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar